As-samaa bagian kedua


Sebelum kita lanjutkan membaca artikel dibawah ini, pertama-tama marilah kita Baca Basmallah.

  Kini marilah kita beralih dahulu dari Al-Qur’an kepada ilmu Astronomi. Untuk itu marilah kita ikuti bagaimana Evolusi atau perkembangan pengetahuan manusia tentang alam semesta itu sejak zaman purba hingga sekarang.
Orang purba melihat langit yang melengkung diatasnya dan bumi yang datar tempat kita berpijak, menganggap bahwa alam semesta ini berbentuk seperti sebuah tudung saji yang diletakkan diatas papan tebal yang datar, dengan bulan, matahari dan bintang-bintang yang ada 1diantaranya kedua (Gambar 1). Meskipun mereka tidak tahu berapa tingginya langit yang melengkung itu tetapi mereka dapat melihat batasnya. Sedangkan berapa tebalnya tanah atau bumi kebawah, mereka tidak dapat menerkanya. Selain itu mereka lihat pula bahwa jauh di ufuk sana kaki langit itu bertemu dengan bumi yang datar (pertemuan itu kita namakan sekarang Cakrawala atau Horizon).

Seiring dengan berjalannya waktu maka pemikiran manusia tentang bentuk alam semesta itupun berkembang pula. Langit dan bumi yang tampaknya bertemu di cakrawala/horizon itu, sebenarnya tidaklah benar-benar  bertemu, demikianlah pikir manusia itu kemudian. Pasti ada rongga/jurang yang memisahkan antara kaki langit dengan ujung bumi yang datar itu. Hal ini dapat mereka pastikan setelah memperhatikan peredaran bulan, matahari dan bintang-bintang. Benda-benda langit itu mereka lihat setiap malam dan setiap hari bergerak dari timur sampai ke barat. Setiap kali benda-benda langit itu tenggelam dan hilang dibarat, tetapi 12 jam kemudian muncul lagi di timur. Jadi tampaknya setelah tenggelam dibarat benda-benda langit itu berjalan dibawah bumi dan akhirnya muncul kembali di timur. Andaikata di ufuk-ufuk itu ujung bumi yang datar itu benar-benar bertemu  dengan langit, jadi tidak ada rongga diantaranya maka tentunya benda-benda langit itu akan terbentur dan tertahan diufuk barat setelah beredar dari timur ke barat. Seterusnya andaikan diufuk timur tidak ada rongga pula, maka setelah berjalan dibawah bumi waktu malam, benda-benda langit itu tidak akan dapat muncul lagi di timur sebab tertahan disitu. Tetapi kenyataannya benda-benda langit itu dapat berjalan dengan tidak terganggu apa-apa ketika melalui kedua ufuk itu. Oleh sebab itu pastilah sudah bahwa ujung bumi itu tidak bertemu dengan langit tetapi ada ruang/space atau rongga yang memisahkannya (gambar 2).

Hal penting dibawah bumi itu ada rongga tempat perjalanan benda-benda langit seperti matahari dan bintang-bintang. Cuma bagaimana bentuknya bumi bagian bawah itu belum bisa mereka ketahui. Apakah datar atau melengkung atau berombak. Mereka memerlukan waktu lama untuk berpikir dan menyelidiki, selain itu mereka juga memikirkan bagaimana bentuk langit itu sendiri, yang berada dibagian bawah bumi. Apakah kulit langit itu berhenti sampai dibatas ufuk-ufuk timur dan barat saja, atau apakah terus bersambung kebawah dengan bentuk yang sesuai dengan bentuk bumi bagian bawah itu. Untuk memecahkan masalah ini mereka rupanya mendapatkan suatu jalan, yaitu berkat adanya kepercayaan (meskipun kemudian ternyata salah) bahwa bintang-bintang itu semuanya melekat dikulit langit. Yang tidak melekat disitu hanyalah bulan, matahari dan beberapa buah bintang Sayarah atau yang disebut Planet-planet. Jadi pergerakan bintang-bintang itu yang dari timur ke barat setiap malam adalah disebabkan oleh berputarnya kulit bola langit itu. Bagaimana bentuk kulit bola langit yang dibawah bumi itu dapat dilihat nanti setelah ia berputar keatas. Sebab setelah 12 jam bagian yang diatas turun kebawah dan yang dibawah naik keatas. Pergiliran itu terjadi selama 12 jam dan setiap 12 jam. Setelah memperhatikan dan mempelajari pergerakan bintang-bintang itu seluruhnya dengan seksama, dan dalam waktu yang cukup lama, maka akhirnya yakinlah manusia bahwa seluruh kulit langit itu bentuknya seperti bola. Kenyataan ini juga meyakinkan mereka bahwa garis edar bulan, matahari dan ke-5 bintang sayarah itu tentu bulat pula, atau tepatnya seperti lingkaran. Sebab lamanya waktu benda-benda langit itu berjalan dibawah bumi adalah sama 12 jam. Jadi panjang dan bentuk jalan-jalan yang ditempuhnya harus sesuai dengan panjang dan bentuk ketika mereka bergerak diatas. Ketika bergerak diatas jelas kelihatan melengkung seperti separuh lingkaran. Terbit ditimur, bergerak melengkung diatas dan akhirnya tenggelam diufuk barat. Dengan begitu terdapatlah gambaran bentuk alam semesta seperti pada (gambar 3).

Tinggal lagi satu problem yang belum bisa dipastikan manusia, yaitu tentang bentuk bumi yang dbagian bawah dan berapa tebalnya?, apakah juga datar seperti diatas, atau melengkung atau berombak. Tetapi untuk pergi kebawah buat melihatnya manusia tampaknya “tidak berdaya”. Untuk mengetahui itu manusia lalu mencoba membuat perbandingan dengan memperhatikan benda-benda langit yang ada. Mereka melihat bulan dan matahari bentuknya bulat seperti bola. Tentang bentuk bulan yang sebentar kecil atau sabit sebentar bulat penuh mereka tahu hanya disebabkan oleh perubahan letak bulan terhadap matahari. Bentuk bulan yang bulat dapat dilihat waktu bulan penuh (purnama). kelima bintang-bintang sayarah, mereka ketahui bukanlah benda-benda yang menyala sendiri seperti bintang-bintang biasa. Bintang-bintang yang melekat dikulit langit itu semuanya berkelip-kelip, betapapun kecilnya. Sedangkan bintang-bintang sayarah itu sama sekali tidak berkelip meskipun sebagian besar daripadanya 4 buah jauh lebih terang daripada sebagian bintang-bintang lainnya itu. Kalau begitu pasti kelima bintang sayarah itu juga benda yang tidak mengeluarkan cahaya sendiri. Demikianlah setelah memperhatikan  dan membuat perhitungan-perhitungan  yang teliti, manusia akhirnya mengetahui bahwa baik bintang-bintang sayarah itu maupun sekalian bintang-bintang yang jauh melekat dikulit langit itu semuanya berbentuk bulat seperti bola. Kesimpulan ini membuat mereka menduga dengan keras bahwa tentu bentuk bumipun bulat seperti itu. Bagian bumi yang dibawah itu tentu melengkung seperti setengah bola, meskipun atasnya datar (gambar 4).

Kemajuan berikutnya yang dicapai manusia dengan mempelajari sekalian benda-benda langit yang tampak itu ialah sekaliannya itu sangat jauh letaknya. Ruang alam semesta (Universe), atau apa yang disebut ruang angkasa itu sesungguhnya sangat besar itu.
Penyelidikan-penyelidikan berikutnya tahun demi tahun senantiasa menunjukkan bahwa alam semesta ini sebenarnya l;ebih besar lagi dari yang diperkirakan semula. Demikiannya besarnya sehingga bumi yang terletak ditengahnya itu seperti kelereng atau lebih kecil lagi seperi titik saja lagi (gambar 5). Kenyataan ini membuat mereka yakin bahwa bentuk bumi ini pasti bulat seperti seluruh benda-benda alam yang ada. Bumi bagian atas yang tampaknya seperti datar itu sebenarnya hanyalah kelihatannya saja demikian. Kelengkungan bumi itu tidaklah langsung bisa kelihatan atau dirasakan oleh indera manusia baik mata maupun anggota tubuh lainnya, dikarenakan kecilnya manusia dibandingkan dengan besarnya bola bumi itu (gambar 6). Meskipun bila dibandingkan dengan alam semesta, bumi ini hanya seperti Titik, tetapi bola bumi ini sendiri adalah sangat besar, sehingga manusia itu sendiri yang sangat kecil yang tidak mungkin sanggup melihat atau merasakan secara langsung kelengkungan bentuknya itu.

Bersambung.....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tafsir Asy-Syafaat bagian 1

As-samaa' bagian ketiga/terakhir dari Surat Al-Mulk